Sabtu, 24 Desember 2016
Yusuf, Kisah Terbaik untuk Umat Muhammad
ALQURAN ialah kitab yang isinya
sejarah, namun berbeda dengan
buku sejarah. Dalam Alquran,
sejarah yang disajikan ialah sejarah
yang akan menjadi panduan. Dan
salah satu kisah yang diabadikan
dalam Alquran ialah kisah Nabi
Yusuf. Kisah Nabi Yusuf ini
disajikan lengkap dalam satu surat
utuh yang juga dinamakan surat
Yusuf. Rasulullah banyak
mengambil ibroh dari kisah Nabi
Yusuf. Aisyah juga mengambil ibroh
dari kisah Nabi Yusuf saat haditsul
ifki menimpanya.
"Sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Alquran
dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya." (QS Yusuf: 2)
Awalan surat ini menjadi mukadimah
yang luar biasa dalam kisah Yusuf.
Alquran diturunkan dalam bahasa
Arab agar kalian berakal. Maksud
berakal di sini ialah berilmu.
Mengapa harus bahasa Arab? Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa hal ini
karena bahasa Arab ialah bahasa
yang paling fasih, yang paling jelas,
dan paling luas. Bahasa Arab ialah
bahasa yang paling mampu
mengungkapkan makna yang
diinginkan dalam jiwa. Karenanya,
inilah kitab paling mulia yang
diturunkan oleh Allah dengan bahasa
paling mulia, diturunkan pada Rasul
yang paling mulia, oleh malaikat
yang paling mulia, dan di bulan yang
paling mulia.
"Kami menceritakan kepadamu
kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Alquran ini kepadamu,
dan sesungguhnya kamu sebelum
(Kami mewahyukan)nya adalah
termasuk orang-orang yang belum
mengetahui." (QS Yusuf: 3)
Ahsanal Qasash artinya kisah
terbaik. Seluruh kisah dalam Alquran
ialah kisah terbaik, namun dalam
surat Yusuf ini ada pengkhususan.
Ada beberapa cara Allah menuturkan
kisah, dua di antaranya ialah:
- Kisah yang kronologis, dimulai dari
kecil hingga dewasa. Misalnya
kisah Nabi Yusuf.
- Kisah yang disebar dalam
beberapa surat, ibarat puzzle.
Misalnya kisah Nabi Musa.
Saat itu, kisah Nabi Yusuf tidak
diketahui sebelumnya oleh
masyarakat Quraisy maupun Yahudi.
Oleh karena itu, Yahudi berkomplot
dengan Quraisy untuk menanyakan
kisah Nabi Yusuf pada Rasulullah.
Allah pun menurunkan kisah Yusuf.
Kisah ini bukan hanya sebagai
jawaban atas pertanyaan orang kafir,
namun juga menjadi jawaban atas
kondisi umat Islam. Surat Yusuf ini
turun di masa Amul Huzni, tahun
kesedihan di tahun 10 kenabian. Dan
begitulah sejarah, ia mampu
menjawab segala hal yang menjadi
permasalahan zaman.
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata
kepada ayahnya: Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat
sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku.
(QS Yusuf: 4)
Kisah Yusuf dalam Alquran dimulai
dengan dialog mengenai mimpi Nabi
Yusuf bahwa 11 bintang, matahari,
dan bulan bersujud kepadanya.
Menariknya, keseluruhan kisah
Yusuf ini diawali dengan mimpi Nabi
Yusuf, di tengahnya ada mimpi
(mimpi dua orang yang dipenjara
bersama Yusuf), dan di akhirnya pun
ada mimpi (mimpi penguasa Mesir).
Penakwilan Nabi Yusuf atas mimpi
penguasa Mesir inilah yang menjadi
penyebab dibebaskannya Nabi Yusuf
dari penjara. Dan akhir kisah Nabi
Yusuf merupakan takwil atas mimpi
Nabi Yusuf. Mimpi adalah hal yang
penting dan mulia jika mampu
didalami oleh ahli ilmu. Rasulullah
bersabda bahwa tidak ada yang
tersisa dari kenabian melainkan
mubasyirat (kabar gembira) yang
didapatkan dari mimpi. Akhir kisah
Nabi Yusuf menjadi takwil atas
mimpi Nabi Yusuf yang di awal.
Sebelas bintang ialah saudara-
saudaranya, matahari ialah ayahnya,
dan bulan ada yang berpendapat
ibunya. Salah satu pelajaran dari
mimpi ini bahwa laki-laki
diibaratkan matahari dan perempuan
diibaratkan dengan rembulan.
Ayahnya berkata: Hai anakku,
janganlah kamu ceritakan mimpimu
itu kepada saudara-saudaramu,
maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan)mu.
Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
(QS Yusuf: 5)
Nabi Yakub berpesan agar jangan
sampai Nabi Yusuf menceritakan
mimpi ini kepada saudaranya,
karena nanti mereka akan membuat
makar. Nabi Yakub juga mengajari
bahwa setan itu musuhnya manusia.
Ternyata, meskipun tidak diceritakan
pada saudaranya, saudara Nabi
Yusuf tetap membuat makar pada
Nabi Yusuf, yaitu dengan membuang
Nabi Yusuf ke dalam sumur. Nabi
Yakub pun bertahan selama 80 tahun
dalam keyakinan bahwa Nabi Yusuf
masih hidup. Keyakinan ini
didapatkan dari penakwilan atas
mimpi Nabi Yusuf.
Beberapa pelajaran dari kisah Nabi
Yusuf:
- Pentingnya pendidikan anak di usia
dini. Nabi Yakub dan Yusuf berpisah
selama 80 tahun, namun Nabi Yusuf
terus mengingat pendidikan yang
dilakukan oleh ayahnya ketika Nabi
Yusuf masih kecil.
- Bertanya adalah kunci kebesaran
ilmu. Ibnu Abbas dikaruniai Allah
hati yang berakal dan lisan yang
mau bertanya.
- Penting sekali untuk berlaku adil
pada anak-anak kita. Saudara Nabi
Yusuf ingin membunuh Nabi Yusuf
diakibatkan sifat hasad, meskipun
pada akhirnya tidak jadi dibunuh,
tapi hanya dibuang ke sumur.
Saudara Nabi Yusuf merasa bahwa
ayahnya lebih mencintai Yusuf dan
Bunyamin. Hasad ialah dosa
pertama di langit dan di bumi.
Bahkan hasad di antara saudara
dapat menyebabkan pembunuhan.
- Balaslah kebaikan dengan
kebaikan. Inilah akhlak para Nabi.
Dalam sabdanya, Nabi menyuruh kita
membalas kebaikan dengan
kebaikan. Dan jika tidak mampu,
balaslah dengan mendoakannya.
- Untuk membahasakan tipu daya,
Allah menyebutkan bahwa tipu daya
setan ialah lemah, sedangkan tipu
daya wanita besar. Hal ini bukanlah
bermaksud merendahkan wanita,
namun menjadi peringatan bagi para
laki-laki dan wanita. Tipu daya istri
penguasa Mesir ialah dengan
memfitnah Nabi Yusuf, padahal
dirinya yang menggoda Nabi Yusuf.
Ia juga mengundang para wanita
yang menggosipkan dirinya dengan
Nabi Yusuf. Mengapa Penguasa
Mesir ini tidak terlalu marah dengan
kelakuan buruk istrinya? Menurut
Ibnu Katsir ada dua kemungkinan.
Pertama, penguasa ini berhati
lembut. Kedua, penguasa ini
memiliki aib yang semisal pula
dengan istrinya.
- Milikilah hati yang lapang. Tidak
perlu mengungkit kesalahan saudara
kita di masa lalu. Inilah akhlak para
Nabi. Nabi Yusuf tidak mengungkit
kesalahan saudaranya di masa lalu.
Nabi Yusuf memosisikan dirinya
sebagai adik dari saudara-
saudaranya.
Di akhir kisah Nabi Yusuf, seluruh
keluarganya pun berkumpul kembali,
diundang ke istana, dan bersujud
pada Nabi Yusuf sebagai bentuk
penghormatan. Bersujud pada
manusia saat itu masih
diperbolehkan sampai zaman Nabi
Isa. Seluruh peristiwa yang dialami
Nabi Yusuf menjadi pengantar
menuju takdir baik Nabi Yusuf, yaitu
menjadi Nabi dan penguasa di negeri
Mesir.
Maka inilah kisah Nabi Yusuf, Nabi
yang masuk penjara karena
ketampanan wajahnya dan
dikeluarkan dari penjara karena
ketampanan hatinya.
0 Response to "Yusuf, Kisah Terbaik untuk Umat Muhammad"
Posting Komentar