Selasa, 27 Desember 2016
info islam
Ini Hadis: Wanita ialah Makhluk Kurang Akal & Agamanya
KITA sering kali mendengar hadis
mulia: Wanita adalah makhluk kurang
akalnya dan agamanya, sehingga
dipergunakan oleh sebagian pria untuk
mencemoohkan para wanita. Arti hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Belum pernah saya melihat wanita kurang akalnya dan agamanya yang lebih mampu mengalahkan laki-laki berakal yang kuat daripada seorang di antara kalian.
Dikatakan kepada beliau, Wahai
Rasulullah, apa kekurangan akalnya?
beliau menjawab. Bukankah persaksian dua orang wanita senilai dengan persaksian seorang lelaki?. Dikatakan kepada beliau, Wahai Rasulullah, apa kekurangan agamanya ? Beliau menjawab. Bukankah apabila sedang haidh mereka tidak melaksanakan salat dan puasa? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan kekurangan akalnya dari sisi kelemahan
hafalannya, dan bahwa persaksiannya
harus diperkuat dengan persaksian
wanita lain yang mendukungnya,
karena kadang ia lupa sehingga bisa
jadi ia menambah atau mengurangi
dalam perksaksian, sebagaimana
difirmankan Allah Subhanahu wa
Taala. Dan persaksikanlah dengan dua orang Saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. (QS Al-Baqarah: 282)
Sedangkan kekurangan agamanya
karena ketika haid dan nifas seorang
wanita meninggalkan salat dan puasa
serta tidak mengqadha salatnya. Ini
merupakan kekurangan agama. Akan
tetapi kekurangan ini tidak mendapat
sanksi, karena merupakan kekurangan
yang berasal dari ketetapan Allah
Subhanahu wa Taala. Dia-lah yang
mengaturnya sebagai kasih sayang
dan keringanan kepadanya. Karena
apabila ia diwajibkan berpuasa ketika
sedang haid dan nifas, maka hal itu
akan membahayakannya. Karena
kasih sayang Allah kepadanya, maka
ia diperbolehkan untuk meninggalkan
puasa ketika haid dan nifas, kemudian
mengqadhanya setelah selesai dari
haid dan nifas. Mengenai salat, ketika sedang haid, ia memiliki sesuatu yang
menghalanginya dari bersuci. Karena
rahmat Allah Subhanahu wa Taala ia
diperbolehkan meninggalkan salat,
demikian pula pada saat nifas.
Kemudian Allah mensyariatkan
baginya untuk tidak mengqadhanya,
karena ada kesulitan yang besar
dalam mengqadha. Salat dikerjakan
berkali-kali dalam sehari lima kali,
sedangkan haid kadang memanjang
sampai berhari-hari hingga tujuh hari,
delapan hari atau lebih. Nifas kadang
sampai empat puluh hari. Karena
rahmat Allah dan kebaikanNya maka
dijauhkan darinya kewajiban untuk
melaksanakannya maupun mengqadha.
Tapi ini bukan berarti merupakan
kekurangan akal dalam segala hal
atau kurang agama dalam segala hal.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menerangkan bahwa
kekurangan akalnya terjadi pada sisi
ketidaktepatan dalam persaksian dan
kekurangan agamanya terjadi pada
kondisinya yang senantiasa
meninggalkan salat dan puasa ketika
haid dan nifas. Ini bukan berarti
wanita senantiasa berada di bawah
pria dalam segala sesuatu dan pria
selalu lebih utama dari wanita.
Memang, jenis kelamin laki-laki lebih
utama dari wanita secara umum
karena beberapa sebab, seperti yang
difirmankan. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menfkahkan sebahagian dari harta mereka. (QS An-Nisa: 34)
Justru kadang-kadang wanita
melebihi pria dalam beberapa hal.
Berapa banyak wanita yang lebih dari
pria dalam akalnya, agamanya dan
ketepatannya. Yang dijelaskan Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam adalah
bahwa jenis kelamin pria itu lebih
utama dari wanita dalam dua yang
telah disebutkan Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam. Banyak wanita yang
melakukan perbuatan saleh melebihi
perbuatan saleh para pria,
ketakwaannya melabihi ketakwaan
pria, kedudukannya di akhirat lebih
tinggi dari pria. Kadang wanita
mempunyai ketepatan lebih dari pria
dalam beberapa masalah yang khusus
berkenan dengannya, yang ia
berusaha menghafalnya dan
menetapkannya. Ada yang menjadi
referensi untuk sejarah Islam dan
sebagainya. Kekurangan mereka ini tidak menghalanginya untuk menjadi
sebaik-baik hamba Allah jika
istiqomah dalam agamanya meski
dibebaskan darinya puasa ketika
sedang haid dan nifas baik secara
langsung maupun qadhanya, meski
dibebaskan darinya salat baik yang
langsung maupun qadhanya, ini semua
tidak menjadikan mereka sebagai
makhluk yang kurang dalam segala
hal, seperti ketakwaannya,
pelaksanaan pekerjaannya,
ketepatannya pada perkara yang
khusus dia geluti. Kekurangan ini
merupakan kekurangan khusus pada
akal dan agama sebagaimana yang
diterangkan Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam, maka tidak boleh
bagi seorang mukmin untuk
menyebutnya sebagai makhluk yang
kekurangan dalam segala hal dan
lemah agamanya dalam segala
masalah. Kelemahannya khusus pada
agamanya dan akalnya yang
berhubungan dengan ketepatan
persaksian dan sejenisnya.
Hendaknya perkara ini diperhatikan
dan dipahami sebagaimana
diterangkan Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam dengan sebaik-
baiknya. Wallahu alam. [Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawiah, Syaikh Ibnu Baz, 4/292]
0 Response to "Ini Hadis: Wanita ialah Makhluk Kurang Akal & Agamanya"
Posting Komentar