UMAT Islam meyakini bahwa
kehidupan ini tidak hanya berhenti
pada urusan duniawi saja, melainkan
juga kelak kita akan kembali pada
Tuhan Semesta Alam, Pemilik sejati,
dengan melalui pintu kematian,
sebagaimana yang ditetapkan pada
setiap makhluk hidup. Tiap-tiap yang
bernyawa pasti akan merasakan mati
(QS. Ali Imran : 185).
Setelah itu kami bangkitkan kamu
sesudah mati (QS. Al Baqarah : 56).
Dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam
kubur (QS. Al Hajj : 7).
Sayangnya, tidak sedikit orang yang
sibuk melakukan segala sesuatu
untuk mengejar dunia (saja), dan lupa
bahwa dirinya kelak akan pulang
kampung. Sehingga ada sebagian
orang yang ketika pulang kampung
bisa selamat, dan ada pula yang
sebaliknya.
Hal ini, selain karena kehendak
Allahyang Maha menentukan segala
keputusansiapa yang kelak akan
diselamatkan dan tidakjuga karena
kita, sebagai manusia telah salah
melangkah atau kurang tepat dalam
menjalankan sesuatu.
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang
terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada
Allah. Kemudian masing-masing diri
diberi balasan yang sempurna
terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikit
pun tidak dianiaya (dirugikan). (2:281)
Bahkan, ironisnya kesalahan langkah
ini kerap terjadi akibat peta tujuan
yang kita gunakan sejak awal memang
tidak tepat atau salah.
Misalnya, tujuan kita akan pergi ke
Indonesia, namun peta yang kita
gunakan merupakan peta Malaysia.
Maka, sampai kapan pun, bukankah
kita tidak akan sampai ke tempat
tujuan? Begitu pun kita dalam
melakukan segala sesuatu.
Karenanya, peta yang baik dan sesuai
merupakan kunci utama ketepatan kita
dalam mewujudkan sukses atau
tidaknya kita melakukan perjalanan.
Islam, yang menghendaki kebaikan
bagi umatnya, bahkan sudah jauh hari
mengingatkan pentingnya peta ini.
Yakni, dengan memulai segala
aktivitas, termasuk bekerja, mencari
rezeki dan kegiatan lainnya dengan
disertai niat yang baik. Sehingga kelak berpengaruh pada tujuan akhir kita.
Tak heran bila Habib Syekh bin Abdul
Qodir Assegaf dalam pengajian rutinan
Majelis Ahbabul Musthofa di Solo,
pekan lalu, mengimbau seluruh
manusia untuk meluruskan niat
aktivitas.
Beliau mengaku, bahwa setiap
melakukan aktivitas, selalu
menyertakan niat seperti niat Ali ra
dan niat Rasulullah Saw.
Setiap kali memulai majelis ini, saya
selalu berniat, nawaina ma nawaa
habib ali, ma nawaa Rasulullah
(jadikan niat kami seperti niat Habib
Ali dan niat Rasulullah), katanya.
Menurut beliau, niat merupakan
jantung setiap aktivitas yang
dilakukan manusia. Karenanya,
mengawali semua perbuatan dengan
niat baik sangatlah penting.
Awali semua perbuatan kita, dengan
niatan yang baik, ujar Habib Syekh.
Seorang ulama besar Habib Abdullah
bin Alwi al-Haddad setiap hari ketika
bangun tidur menuliskan setidaknya
100 niat baik yang akan dikerjakan
pada hari itu, lanjutnya mencontohkan.
Ia menulis 100 niat. Hal yang
diniatkan olehnya bukan untuk
mencari rizki, tetapi mencari ridha
Allah, berbakti kepada orang tua, dan
lain sebagainya, kata Pengasuh
Majelis Ahbabul Musthofa ini.
Apa yang diungkapkan Habib Syekh ini
tampaknya sejalan dengan hadis
Nabi,Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu
Anhu, beliau berkata, Kami mendengar
Rasulullah Saw. bersabda:
Barangsiapa yang (menjadikan) dunia
tujuan utamanya maka Allah akan
mencerai-beraikan urusannya dan
menjadikan kemiskinan/tidak pernah
merasa cukup (selalu ada) di
hadapannya, padahal dia tidak akan
mendapatkan (harta benda) duniawi
melebihi dari apa yang Allah tetapkan
baginya. Dan barangsiapa yang
(menjadikan) akhirat niat (tujuan
utama)nya maka Allah akan
menghimpunkan urusannya,
menjadikan kekayaan/selalu merasa
cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta
benda) duniawi datang kepadanya
dalam keadaan rendah (tidak bernilai
di hadapannya). (HR Ibnu Majah 4105,
Ahmad 5/183, Ad-Daarimi 229, Ibnu
Hibban 680)
Ya, bukankah suatu kerugian bila apa
yang kita lakukan tidak bernilai apa
pun di hadapan-Nya? Bukankah
bayaran tertinggi yang sesungguhnya
paling diharapkan dan dinanti setiap
Muslim adalah perjumpaan dengan-
Nya? Dan, bukankah semua hal yang
kita lakukan dengan tujuan mengharap
ridha-Nya dan dilakukan dengan cara
yang benar, niscaya bisa menjadi
bekal kelak saat kita pulang kampung
akhirat? Wallahua Alam Bishawab.
0 Response to "Pulang ke Negeri Akhirat dengan 'Peta' yang Sesuai"
Posting Komentar