ALKISAH, Sulaiman bin Abdul Malik
(salah seorang khalifah dari Bani
Marwan) mengenakan pakaian baru
dengan wewangian sebelum salat
Jumat.
Kemudian, dia memerintahkan
pelayannya untuk mengambil peti
yang berisi serban kerajaan. Dia pun
memegang cermin sambil mencoba
satu-persatu serban yang ada di peti
tersebut, sampai akhirnya dia
menyukai salah satunya.
Sulaiman segera berangkat ke
masjid. Dia duduk di mimbar serta
senang dan bangga akan dirinya;
sesekali dia membenahi dan
merapikan serban serta pakaiannya.
Tak berselang lama, dia segera
menyampaikan khutbahnya dengan
amat bangga. Beberapa kali dia
dikuasai oleh kesombongan dan rasa
bangga diri. Dalam hati dia berujar,
Saya adalah pemimpin muda belia,
agung, berwibawa, menakutkan, dan
dermawan.
Setelah selesai khutbah, dia turun
dari mimbar dan segera kembali ke
istana.
Di istana, dia melihat seorang wanita
yang menyerupai salah seorang
budak perempuannya. Sulaiman
bertanya, Bagaimana engkau
melihatku?
Budak itu pun menjawab, Penuh
kebesaran dan kebahagiaan, jika
bukan seperti yang dikatakan sang
penyair.
Sulaiman menanyakan yang
dikatakan penyair. Lalu wanita itu
melantunkan sebuah syair:
Kau punya bentuk dan modal
sempurna bila abadi,
Namun sayang, manusia takkan
pernah abadi
Setelah mendengarkan syair ini,
Sulaiman pun menangis tersedu-
sedu.
Malam harinya, dia memanggil si
budak perempuan untuk menanyakan
apa yang mendorongnya
membacakan syair itu. Namun,
budak itu seolah ditelan bumi.
Para pegawai menyatakan bahwa
budak yang dicarinya itu sudah
meninggalkan istana beberapa hari
yang lalu. Padahal Sulaiman baru
menjumpainya siang tadi. Akhirnya,
dia tersadar bahwa budak itu bukan
berasal dari bumi.
Sulaiman pun meratapi hidupnya
hingga menghembuskan napas
terakhir.
0 Response to "Syair Kematian dari Langit untuk Sang Khalifah"
Posting Komentar