BERBICARA tentang kisah keteladanan para ulama Salaf dalam ketekunan beribadah, ketaatan dan sifat zuhud, tentu merupakan pembicaraan yang tidak asing bahkan sangat dikenal di kalangan kaum muslimin. Akan tetapi,
tahukah kita bahwa kisah keteladanan
dari anggota keluarga mereka juga
tidak kalah menariknya dan sangat
patut untuk kita baca serta kita
renungkan.
Kedua, Keteladanan keluarga Salaf
dalam menjauhi sifat rakus terhadap
harta meskipun dalam keadaan miskin
dan kekurangan.
Imam Ibnul Jauzi menukil kisah dari
jaman para Salaf, tentang seorang
lelaki dari Bagdad yang bernama
Abdullah. Tuan Abdullah akan
melakukan ibadah haji dan membawa
titipan uang sepuluh ribu dirham dari
pamannya yang berpesan kepadanya,
Jika kamu telah sampai di kota
Madinah, maka carilah keluarga yang
paling miskin di sana, lalu berikanlah
uang ini kepada mereka (sebagai
sedekah).
Abdullah bercerita, ketika aku telah
sampai di Madinah, maka aku
bertanya kepada orang lain tentang
keluarga yang paling miskin di
Madinah. Lalu aku ditunjukkan sebuah
rumah, maka akupun mendatanginya,
kemudian aku mengetuk pintu dan
seorang perempuan dari dalam rumah
menjawab ketukanku.
Siapakah anda, tanya wanita penghuni
rumah itu.
Aku seorang yang datang dari Bagdad,
aku dititipkan (uang sebesar) sepuluh
ribu dirham dan aku dipesan untuk
menyerahkannya (sebagai sedekah)
kepada keluarga yang paling miskin di
Madinah, dan orang-orang telah
menceritakan keadaan kalian
kepadaku, maka ambillah uang ini!.
jawab Abdullah.
Wahai Abdullah, orang yang
menitipkan uang itu kepadamu
mensyaratkan keluarga yang paling
miskin di Madinah yang berhak
menerimanya, dan keluarga yang
tinggal di depan rumah kami lebih
miskin daripada kami, (berikanlah
uang itu pada mereka)! jawab wanita
itu.
Akupun meninggalkan rumah itu dan
mendatangi rumah di depannya, lalu
aku mengetuk pintu dan seorang
perempuan (dari dalam rumah)
menjawab ketukanku. Kemudian aku
katakan padanya seperti yang aku
katakan kepada perempuan yang
pertama. Perempuan itu menjawab,
Wahai Abdullah, kami dan tetangga
kami itu sama-sama miskin, maka
bagilah uang itu untuk kami dan
mereka. (Shifatush shafwah, 2/206)
Allahu akbar, mereka benar-benar
menjaga diri dari sifat rakus dan
tamak terhadap harta, yang mana sifat
inilah menjadikan seorang manusia
selalu berambisi mengumpulkannya
meskipun dengan cara yang tidak
halal dan mengambil yang bukan
haknya. Mereka benar-benar
memahami sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam,
Demi Allah, bukanlah kemiskinan
yang aku takutkan (akan merusak
agama) kalian, akan tetapi yang aku
takutkan bagi kalian adalah jika
(perhiasan) dunia dibentangkan
(dijadikan berlimpah) bagi kalian
sebagaimana (perhiasan) dunia
dibentangkan bagi umat (terdahulu)
sebelum kalian, maka kalianpun
berambisi dan berlomba-lomba
mengejar dunia sebagaimana mereka
berambisi dan berlomba-lomba
mengejarnya, sehingga (akibatnya)
dunia itu membinasakan kalian
sebagaimana dunia membinasakan
mereka. (HR. Bukhari 2988 dan
Muslim 2961)
Akhlak mulia yang mereka miliki ini
juga melahirkan sifat mulia lainnya,
yaitu al-iitsaar (mendahulukan
saudara sesama muslim) dan rela
berbagi bersamanya, meskipun dia
membutuhkannya.
0 Response to "Orang Miskin yang Menolak 10.000 Ribu Dirham"
Posting Komentar