Nabi Muhammad: Mulia dalam Segalanya


SETIAP yang dipuji sesungguhnya
masih memiliki celah untuk dihina,
kecuali keterpujian Nabi Muhammad
SAW. Keterpujian Rasulullah adalah
keterpujian yang sempurna. Karena
itulah Allah menyebutkan dalam QS
Al-Qalam ayat 4: Dan sesungguhnya
engkau (Muhammad) adalah pemilik
kepribadian yang agung.

Tak mungkin seseorang memiliki
ruang untuk menghinanya kecuali
jiwa orang itu adalah jiwa terhina.
Benar sekali harapan sang kakek
saat memberi nama cucunya dengan
nama Muhammad (yang terpuji) agar
beliau menjadi manusia terpuji di
langit dan di bumi.

Kesempurnaan jasmani Nabi
Muhammad diungkapkan panjang
lebar dalam beberapa kitab yang
menjelaskan ciri-ciri dan karakter
Rasulullah. Ada kitab al-syifa yang
ditulis yekh Fudlail bin Iyadl, ada
pula kitab Syamaail al-Nabi yang
ditulis A-Tirmidzi, serta banyak
kitab yang lain.Tak satupun
menyebut ada cacat pada tubuh
beliau, semuanya memuji
kesempurnaannya. Tentang
kepribadian beliau pun demikian,
semuanya menggambarkan puncak
kemanusiaan yang harus diteladani
oleh semua manusia.

Nabi Muhammad dilahirkan 50 hari
setelah tahun gajah, yakni 50 hari
dari saat Abrahah berkehendak
menghancurkan kabah, sebuah
peristiwa yang menggemparkan
dunia karena akan merusak
penyangga utama peradaban atas
nama iri hati dan dengki plus
kebencian.

Nabi Muhammad dilahirkan 500
tahun setelah Nabi Isa, saat dunia
diselimuti kegelapan. Apa yang
dilakukan Abrahah dan tentaranyaitu
sesungguhnya adalah salah satu
bentuk dari kegelapan iu
sendiri,kegelapan hati yang lama
yang disinari hidayah. Maka lahirlah
Rasulullah pada waktu fajar.

Beberapa sejarawan mengomentari
saat kelahiran nabi Nabi bahwa ada
pelajaran penting di sana, yakni
ketika kegelapan telah mencapai
titik paling pekat, kebrutalan telah
sangat menyengat dan musibah
serta derita terus meningkat
menujutitik kulminasinya maka saat
itulah akan hadir fajar baru
kehidupan. Allah tak akan pernah
membiarkan semua hal terjadi
melampaui batas, semua akan
menuju titik ekuilibrium.

Masa kegelapan yang disematkan
pada masa sebelum diutusnya
Rasulullah, lazim dikenal dengan
istilah masa jahiliah yang makna
bahasanya adalah masa kebodohan.
Untuk mengetahui makna
sesungguhnya, ada baiknya kita
membuka al-Quran untuk melihat
penggunaan kata jahiliyah lengkap
dengan konteksnya. Ada empat kali
al-Quran menyebut kata jahiliyah ini,
keempatnya seakan menjadi
karakter utama masyarakat jahiliah
pada waktu itu.

Perhatikan kata dhann al-jaahiliyyah
(prasangka atau gaya pikir jahiliah
dalam QS Ali Imran ayat 154:
Mereka menyangka yang tidak benar
terhadap Allah seperti sangkaan
jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah
ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini?".
Katakanlah: "Sesungguhnya urusan
itu seluruhnya di tangan Allah.

Masyarakat jahiliyah berkeyakinan
bahwa hidup ini berjalan dengan
sendiri dengan pengaturan manusia
tanpa ada grand design dari Allah.
Sungguh keyakinan seperti ini
adalah keyakinan fatal yang akan
mengantarkan pada kebuasan dan
kerakusan tak berujung.

Perhatikan pula kata hukm al-
jaahiliyyah (hukum jahiliyyah) dalam
QS Al-Maidah ayat 50: Apakah
hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum)
Allah bagi orang-orang yang yakin?
Ayat ini memberi kesan kuat bahwa
masyarakat jahiliah adalah
masyarakat yang menjauh dan
menolak hukum-hukum Allah. Kalau
saja mereka yakin bahwa yang
menciptakan dan mengatur dunia ini
adalah Allah, maka mereka tak akan
memiliki alasan apapun untuk
menolak prinsip dan auturan hidup
yang ditetapkan Allah.

Setelah itu, perhatikan pula
penggunaan kata tabarruj al-
jaahiliyyah (berhias cara jahiliyyah)
dalam QS Al-Ahzab ayat 33: dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu
dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-
bersihnya. Berhias diri dengan cara
tak tepat, di saat tak tepat dan untuk
peruntukan yang tak tepat adalah
cara berhias masyarakat jahiliyah.
Ternyata,masalah pakaian menjadi
urusan penting. Masyarakat bisa
rusak karena masalah berhias model
jahiliyah ini.

Lalu, yang terakhir, perhatikanlah
kata hamiyyah al-jaahiliyyah
(kesombongan jahiliyah) yang
disebutkan dalam QS Al-Fath ayat
26: Ketika orang-orang kafir
menanamkan dalam hati mereka
kesombongan (yaitu) kesombongan
jahiliyah lalu Allah menurunkan
ketenangan kepada Rasul-Nya, dan
kepada orang-orang mukmin dan
Allah mewajibkan kepada mereka
kalimat-takwa dan adalah mereka
berhak dengan kalimat takwa itu dan
patut memilikinya. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Kesombongan jahiliyah adalah
kesombongan penuh fantasi
kesukuan.Yang dibela bukan
kebenaran melainkan kesukuannya,
kebanggaan yang dilengkapi oleh
kesombongan atau arogansi.

Rasulullah lahir dan diutus untuk
mengubah karakter jahiliyyah
tersebut di atas. Rasulullah sukses
mengantarkan dunia Arab bahkan ,
pada tahapan berikutnya, seluruh
dunia menuju masyarakat yang
berperadaban. Senjata andalan
Rasulullah adalah kemuliaan diri,
karakter diri yang dipenuhi sifat-
sifat terpuji. Hal ini menjadi kaidah
penting dalam kepemimpinan
menurut Islam bahwa kesuksesan
kepemimpinan sangat kuat berdiri di
atas kepribadian pemimpinnya.

Orang yang banyak cacat
kepribadian, seperti sombong,
arogan, pemarah, penyiksa dan tidak
adil janganlah dipilih menjadi
pemimpin. Memilihnya berarti telah
mendukung berputarnya arah
kehidupan kembali ke arah zaman
jahiliyyah. Bahwa memang tidak ada
manusia yang sempurna
sesempurna Rasulullah adalah fakta,
namun hilangnya nilai-nilai utama
dalan seseorang sudah cukup untuk
menjadialasan menghapuskan
namanya dari daftar calon
pemimpin. Nilai-nilai utama itu
adalah tauhid dan akhlak.

Sebagai muslim yang baik, janganlah
lupa merenungkan dan berpegang
pada QS Al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.

Lengkapi pula dengan perenungan
makna QS Ali Imran ayat 164:
Sungguh Allah telah memberi
karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus
diantara mereka seorang rasul dari
golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-
ayat Allah, membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu, mereka adalah benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.
Untuk tidak kembali ke zaman
jahiliyyah, zaman kesesatan,

sungguh diperlukan hadirnya
manusia-manusia yang senantiasa
meneladani kepribadian Rasulullah
Muhammad SAW dalam kehidupan
kita di zaman modern ini untuk
menjadi teladan, panutan, pimpinan
yang menunjukkan dan
mengantarkan pada jalan
kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan
hakiki bukanlah kebahagian tubuh
saja, melainkan kebahagiaan batin.

0 Response to "Nabi Muhammad: Mulia dalam Segalanya"

Posting Komentar

visitor


How Many People Visit
How Many People Visit