Tekno, Jakarta -  Setelah berbagai insiden terbakarnya Galaxy Note 7, Korea Selatan memperketat aturan keamanan baterai ion-litium. Inspeksi berkala juga akan dilakukan untuk menghindari kebakaran yang akhirnya mengharuskan Samsung Electronics Co Ltd menarik produknya tersebut.

Seperti dikutip dari Reuters, Kementerian Industri dan Perdagangan Korea Selatan menyatakan bahwa inspeksi berkala ini wajib bagi produsen baterai ion-litium. Seluruh perangkat yang menggunakan baterai tersebut juga harus melalui uji keamanan berkala yang diperketat.

“Produsen wajib menunjukkan besarnya usaha mereka untuk menjamin keamanan dari produk yang diciptakan," kata Wakil Menteri Industri dan Perdagangan, Jeong Marn-ki, Senin, 6 Februari 2017.

Berbagai insiden kebakaran Galaxy Note 7 yang disebabkan oleh kerusakan baterai mengharuskan Samsung untuk menarik produknya itu dari pasaran. Penarikan smartphone, yang dibanderol hampir US$900 atau setara dengan Rp 12 juta per unit itu, berimbas pada kerugian Samsung senilai US$5.4 miliar atau setara dengan Rp 71,95 triliun.

Samsung dan para penyelidik pada Januari lalu menjelaskan dua baterai dari supplier berbeda, Samsung SDI Co Ltd dan Amperex Technology Ltd, menjadi penyebab kebakaran pada Note 7. Penjelasan itu juga didukung oleh laboratorium.

Pengujian Korea yang menyebutkan bahwa penyebab kebakaran adalah kegagalan dari kombinasi kedua baterai. Jeong Marn-ki juga menyatakan bahwa mereka akan terus memantau pengetatan uji keamanan Samsung, seperti uji X-Ray dan standar-standar lainnya.
REUTERS | ZARA AMELIA | YY