Dunia, Washington - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan larangan sementara terhadap pengungsi dan warga dari tujuh negara Muslim untuk memasuki negaranya, bukanlah ditujukan terhadap warga dengan latar belakang agama tertentu, yakni Muslim.

"Supaya jelas, aturan ini bukan larangan terhadap Muslim, seperti yang dilaporkan media. Ini tidak terkait agama melainkan tentang perang melawan teror dan menjaga negara kita tetap aman,” kata Trump seperti dikutip The Hill, Senin 30 Januari 2017.

Baca: Petisi Tolak Donald Trump ke Inggris Diteken Ribuan Orang  

Trump berdalih bahwa ada 40 negara di dunia dengan penduduk mayoritas Islam, “Tetapi tidak masuk dalam aturan ini.”

Ia pun mengatakan Amerika akan kembali mengeluarkan visa bagi warga dari negara yang masuk dalam daftar hitam jika, “Kami berhasil menerapkan kebijakan keamanan yang lebih baik selama 90 hari mendatang."

Trump juga menyebut bahwa langkahnya ini serupa dengan yang dilakukan Presiden Barack Obama pada 2011 ketika melarang pengungsi asal Irak selama enam bulan.

Pada Jumat pekan lalu, Trump meneken surat perintah untuk melarang warga dari tujuh negara Muslim memasuki AS selama 90 hari mendatang. Ketujuh negara ini adalah Suriah, Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman.

Aturan ini juga mencakup larangan selama 120 hari bagi pengungsi dan menghentikan arus pengungsi dari Suriah.

Namun, pernyataan berbeda dilontarkan oleh orang dekat Trump, Rudy W. Giuliani.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi sayap kanan, Fox News, pada Sabtu malam lalu, mantan wali kota New York ini menegaskan bahwa Trump memang menginginkan larangan masuk terhadap warga Muslim.

Giulani menceritakan ketika Trump meneleponnya dan mengatakan akan melarang warga Muslim masuk ke Amerika. Taipan properti asal New York itu kemudian meminta Giulani untuk membentuk komisi yang dapat menyusun aturan itu agar benar di mata hukum.

“Ia meminta saya membentuk sebuah komisi khusus yang dapat menasihatinya agar larangan ini dapat dilakukan sesuai hukum,” ujar Giuliani, yang pernah dikabarkan akan masuk dalam kabinet Trump.

Giuliani pun membentuk komisi yang berisi para “pakar” seperti bekas jaksa agung Michael Mukasey, anggota Kongres dari Republik Mike McCaul dan Peter T. King.

“Dan yang kami lakukan adalah fokus bukan pada agama, tetapi pada bahaya. Wilayah mana di dunia yang dapat membahayakan Amerika,” tutur Giulani. “Jadi aturan ini berdasar wilayah yang sering menghasilkan teroris dan bukan agama.”

Jawaban Giulani itu menjadi viral dan dinilai membuktikan tudingan publik Amerika dan dunia selama ini  bahwa Trump memang ingin melarang warga Muslim.

Christian Broadcasting Network bahkan melaporkan Trump akan memberikan prioritas kepada pengungsi beragama Kirsten dibanding penganut agama lain untuk memasuki Amerika.

Upaya konfirmasi The Washington Post terhadap Gedung Putih atas jawaban Giulani belum membuahkan hasil.

THE HILL | THE WASHINGTON POST | SITA PLANASARI AQUADINI