Sampaikan Tauhid, Nabi Ibrahim Beberapa Kali Hijrah

Pada 1997 SM, di wilayah Ur, sebelah selatan Irak, saat itulah Ibrahim as lahir, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Namrud bin Kan’an. Ia lahir di sebuah lingkungan yang penduduknya menyembah ber hala. Mereka pula yang membuat berhala-berhala itu. Ayah Ibrahim, Azaar, termasuk di antara para pembuat berhala tersebut dan ia selalu meminta Ibrahim untuk menjualnya. Suatu kali, ketika mena warkannya kepada orang-orang di pasar, Ibrahim berkata, “Siapa yang ingin membeli apa yang tidak mampu memberikan mudarat ataupun manfaat?”

Saat beranjak dewasa, Ibrahim mulai menunjukkan pengingkarannya terhadap kesesatan yang dilakukan kaumnya. Pertentangan pun terjadi antara Ibrahim dan kaum kafir. Ia juga membujuk ayahnya untuk me ning galkan kesesatan tersebut serta terus mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala mereka.

Suatu hari, Ibrahim memutuskan untuk menghancurkan patung- patung berhala kaumnya dengan hanya menyisakan satu berhala berukuran besar. Kaum kafir yang mendapati patung-patung mereka hancur berantakan marah dan mengadili Ibrahim.

Terkait hal ini, Allah berfirman dalam surah al-Anbiyaa’ ayat 62-64, “Mereka bertanya, ‘Apakah kamu yang melakukan ini terhadap tuhantuhan kami, hai Ibrahim?’ Ibrahim menjawab, ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya ma ka tanyakanlah kepada berhala itu jika mereka dapat berbicara.’ Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata, ‘Sesung guh nya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).”

Mereka pun mengganjar Ibrahim dengan hukuman mati, yakni dengan membakarnya. Allah menyelamat kan nya dengan menjadikan api yang membakarnya menjadi dingin.

Setelah kejadian itu, pada 1922 SM, Ibrahim meninggalkan negerinya, Ur, dengan membawa agama beserta istrinya, Sarah, dan kepona kannya, Luth. Ia pergi menuju Kan’an (suatu daerah di barat daya Harran— sekarang Turki). Selain Sarah dan Luth, Ibrahim juga membawa serta saudaranya, Haran, beserta istrinya yang bernama Milka. Ia juga mengajak serta Aazar, ayahnya.

Di sana, Ibrahim melihat orang- orang menyembah bintang-bintang sehingga ia melarangnya. Namun, mereka tidak peduli dan terus berada dalam kesesatan sehingga Ibrahim kembali berhijrah. Ia meninggalkan Kan’an menuju Suriah dan menetap di Palestina.

Dalam perjalanannya, Ibrahim singgah di Damsyik (Damas kus) dan melanjutkan perjalanannya ke arah timur Baitul Maqdis. Ibrahim terus mengikuti arah tersebut hingga ia tiba di al-Khalil (Hebron). Ia lalu menetap di sana dan berangkat ke Mesir setelah Hebron dilanda kemarau bertahun-tahun. Pada masa yang sama, Allah memerintahkan Luth untuk berangkat menuju Lembah Jordan untuk mengajak penduduk Sodom dan Amora meninggalkan perbuatan keji yang mereka lakukan, yakni liwath (penyimpangan seksual).

Di Mesir, Firaun memberikan Ibra him seorang budak bernama Ha jar. Dari sana, Ibrahim beserta Sarah dan Hajar kembali ke Hebron dan menetap di sana. Sarah yang tak kunjung memiliki keturunan setelah 20 tahun usia pernikahannya menyaran kan suaminya untuk menikahi Hajar. Hajar lalu memberinya seorang putra bernama Ismail yang lahir sekitar tahun 1911 SM.

Lambat laun, muncul perasaan cemburu di hati Sarah sehingga ia meminta Ibrahim menjauhkan Hajar dan anaknya dari mereka. Ibrahim lalu membawa Hajar dan Ismail ke arah selatan menuju Makkah al-Mu karramah. Setelah mendoakan Hajar dan putranya, Ibrahim meninggalkan keduanya di sana.

Di Kota Sodom, Luth memulai seruan kepada kaumnya untuk me nyembah Allah dan me ninggalkan perbuatan- per buatan mereka yang keji dan mungkar. Setelah sekitar 25 tahun Luth berdakwah, kaum Sodom tetap pada perbuatan mereka yang menyimpang. Da lam surah as- Syu’araa’ ayat 167,

Allah menceritakan jawaban mereka atas seruan Luth AS. “Mereka menjawab, ‘Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir’.”

Nabi Luth AS pun diusir dari kota mereka. Tak lama kemudian, Allah menurunkan bencana yang membinasakan mereka dengan membalikkan tanah perkampungan mereka dari atas ke bawah. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 1897, tahun di mana Nabi Ishak as dilahirkan saat Sarah berusia 90 tahun dan ketika usia Nabi Ibrahim mencapai 120 tahun.

Kota Sodom dan Amora yang telah musnah itu ada lah bagian yang kini dikenal dengan nama Laut Mati. Sebagian ilmuwan berpendapat, Laut Mati tidak ada sebelum kejadian tertentu yang membentuknya. Sementara, para arkeolog menemukan sebagian dari sisa-sisa kedua kota itu di pinggiran laut tersebut.

0 Response to "Sampaikan Tauhid, Nabi Ibrahim Beberapa Kali Hijrah"

Posting Komentar

visitor


How Many People Visit
How Many People Visit