Kamis, 26 Januari 2017
Nabi Dan Rasul
Sampaikan Tauhid, Nabi Ibrahim Beberapa Kali Hijrah
Pada 1997 SM, di wilayah Ur,
sebelah selatan Irak, saat itulah
Ibrahim as lahir, tepatnya pada
masa pemerintahan Raja Namrud
bin Kan’an. Ia lahir di sebuah
lingkungan yang penduduknya
menyembah ber hala. Mereka pula
yang membuat berhala-berhala itu.
Ayah Ibrahim, Azaar, termasuk di
antara para pembuat berhala
tersebut dan ia selalu meminta
Ibrahim untuk menjualnya. Suatu
kali, ketika mena warkannya
kepada orang-orang di pasar,
Ibrahim berkata, “Siapa yang ingin
membeli apa yang tidak mampu
memberikan mudarat ataupun
manfaat?”
Saat beranjak dewasa, Ibrahim
mulai menunjukkan
pengingkarannya terhadap
kesesatan yang dilakukan
kaumnya. Pertentangan pun terjadi
antara Ibrahim dan kaum kafir. Ia
juga membujuk ayahnya untuk me
ning galkan kesesatan tersebut
serta terus mengajak kaumnya
untuk menyembah Allah dan
meninggalkan berhala-berhala
mereka.
Suatu hari, Ibrahim memutuskan
untuk menghancurkan patung-
patung berhala kaumnya dengan
hanya menyisakan satu berhala
berukuran besar. Kaum kafir yang
mendapati patung-patung mereka
hancur berantakan marah dan
mengadili Ibrahim.
Terkait hal ini, Allah berfirman
dalam surah al-Anbiyaa’ ayat
62-64, “Mereka bertanya, ‘Apakah
kamu yang melakukan ini terhadap
tuhantuhan kami, hai Ibrahim?’
Ibrahim menjawab, ‘Sebenarnya
patung yang besar itulah yang
melakukannya ma ka tanyakanlah
kepada berhala itu jika mereka
dapat berbicara.’ Maka mereka
telah kembali kepada kesadaran
dan lalu berkata, ‘Sesung guh nya
kamu sekalian adalah orang-orang
yang menganiaya (diri sendiri).”
Mereka pun mengganjar Ibrahim
dengan hukuman mati, yakni
dengan membakarnya. Allah
menyelamat kan nya dengan
menjadikan api yang
membakarnya menjadi dingin.
Setelah kejadian itu, pada 1922
SM, Ibrahim meninggalkan
negerinya, Ur, dengan membawa
agama beserta istrinya, Sarah, dan
kepona kannya, Luth. Ia pergi
menuju Kan’an (suatu daerah di
barat daya Harran— sekarang
Turki). Selain Sarah dan Luth,
Ibrahim juga membawa serta
saudaranya, Haran, beserta
istrinya yang bernama Milka. Ia
juga mengajak serta Aazar,
ayahnya.
Di sana, Ibrahim melihat orang-
orang menyembah bintang-bintang
sehingga ia melarangnya. Namun,
mereka tidak peduli dan terus
berada dalam kesesatan sehingga
Ibrahim kembali berhijrah. Ia
meninggalkan Kan’an menuju
Suriah dan menetap di Palestina.
Dalam perjalanannya, Ibrahim
singgah di Damsyik (Damas kus)
dan melanjutkan perjalanannya ke
arah timur Baitul Maqdis. Ibrahim
terus mengikuti arah tersebut
hingga ia tiba di al-Khalil (Hebron).
Ia lalu menetap di sana dan
berangkat ke Mesir setelah Hebron
dilanda kemarau bertahun-tahun.
Pada masa yang sama, Allah
memerintahkan Luth untuk
berangkat menuju Lembah Jordan
untuk mengajak penduduk Sodom
dan Amora meninggalkan
perbuatan keji yang mereka
lakukan, yakni liwath
(penyimpangan seksual).
Di Mesir, Firaun memberikan Ibra
him seorang budak bernama Ha
jar. Dari sana, Ibrahim beserta
Sarah dan Hajar kembali ke
Hebron dan menetap di sana.
Sarah yang tak kunjung memiliki
keturunan setelah 20 tahun usia
pernikahannya menyaran kan
suaminya untuk menikahi Hajar.
Hajar lalu memberinya seorang
putra bernama Ismail yang lahir
sekitar tahun 1911 SM.
Lambat laun, muncul perasaan
cemburu di hati Sarah sehingga ia
meminta Ibrahim menjauhkan
Hajar dan anaknya dari mereka.
Ibrahim lalu membawa Hajar dan
Ismail ke arah selatan menuju
Makkah al-Mu karramah. Setelah
mendoakan Hajar dan putranya,
Ibrahim meninggalkan keduanya di
sana.
Di Kota Sodom, Luth memulai
seruan kepada kaumnya untuk me
nyembah Allah dan me ninggalkan
perbuatan- per buatan mereka
yang keji dan mungkar. Setelah
sekitar 25 tahun Luth berdakwah,
kaum Sodom tetap pada perbuatan
mereka yang menyimpang. Da lam
surah as- Syu’araa’ ayat 167,
Allah menceritakan jawaban
mereka atas seruan Luth AS.
“Mereka menjawab, ‘Hai Luth,
sesungguhnya jika kamu tidak
berhenti, benar-benar kamu
termasuk orang-orang yang
diusir’.”
Nabi Luth AS pun diusir dari kota
mereka. Tak lama kemudian, Allah
menurunkan bencana yang
membinasakan mereka dengan
membalikkan tanah perkampungan
mereka dari atas ke bawah.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar
1897, tahun di mana Nabi Ishak as
dilahirkan saat Sarah berusia 90
tahun dan ketika usia Nabi Ibrahim
mencapai 120 tahun.
Kota Sodom dan Amora yang telah
musnah itu ada lah bagian yang
kini dikenal dengan nama Laut
Mati. Sebagian ilmuwan
berpendapat, Laut Mati tidak ada
sebelum kejadian tertentu yang
membentuknya. Sementara, para
arkeolog menemukan sebagian
dari sisa-sisa kedua kota itu di
pinggiran laut tersebut.
0 Response to "Sampaikan Tauhid, Nabi Ibrahim Beberapa Kali Hijrah"
Posting Komentar