Sabtu, 07 Januari 2017
info islam
Mengenal Ilmu Ladunni
Oleh:
Nasarudin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal/Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
Fa wajada 'abdanmin
'ibadina atainahu rahmatan min
'indina wa 'allamnahu min ladunna
'ilman (QS al-Kahfi, 18:65). Lalu,
mereka bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami,
dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Ilmu ladunni disandarkan pada
ayat di atas (min ladunna 'ilman).
Kata ladun berasal dari kata lada
berarti 'di sisi', atau 'pada'. Min
ladunna 'ilman berarti "ilmu dari
sisi Kami". Ibnu 'Ajibah dalam
kitab tafsirnya, Al-Bahr al-Madid
menjelaskan, 'Ilmu al-Ladunni,
ialah ilmu yang mengalir ke dalam
kalbu seseorang tanpa diusahakan
dan tanpa dipelajari ('ilmun yufidh
'ala al-qalb min gair iktisab wa la
ta'lam).
Muhammad Husain al-
Thabathabai, dalam Tafsir Al-
Mizan, juz 13, h. 368, menjelaskan
kalimat: Wa 'allamnahu min
ladunna 'ilman, tidak diciptakan
dari berbagai sebab epistimologis
(la shuni'a fihi li al-asbab
al-'adiyah), ilmu wahbiy (acquired
knowledge).
Menurut Imam Al-Gazali dalam
Kitab Majmû'at Rasâ`il al-Imâm
al-Ghazâlî, Ilmu laduni ialah ilmu
yang ditemukan di dalam jiwa dari
Tuhan tanpa melalui perantara.
Semua ilmu itu diketahui secara
substansi di dalam jiwa. Ilmu ini
langsung berada dalam bentuk
substansi-substasi nonmateri
yang murni. Posisi Ilmu Ladunni
dapat dinisbahkan dengan akal
pertama, seperti penisbahan Hawa
pada Adam.
Akal universal itu lebih mulia dan
lebih sempurna daripada jiwa
universal, sementara jiwa
universal itu lebih mulia dan agung
daripada semua makhluk. Dari
emanasi akal universal lahirlah
ilham (wahyu) dan dari pancaran
jiwa universal lahirlah ilham.
Wahyu merupakan hiasan para
Nabi, sementara ilham merupakan
hiasan para wali. Ilham bukanlah
wahyu. Ia lemah jika dibandingkan
wahyu, tetapi kuat jika
dibandingkan ru`yâ (mimpi). (Al-
Gazali, Majmû'at Rasâ`il al-Imâm
al-Ghazâlî, (ar-Risâlat al-
Ladunniyyah), hal 231 - 232).
Ditinjau dari sudut pandang
struktur ilmu yang pernah
diperkenalkan Ibn Arabi, Ilmu
Ladunni masuk ke dalam kategori
ilmu-ilmu rahasia ('ulum al-asrar/
the science of misteries). Seperti
diketahui, Ibn Arabi membagi ilmu
pengetahuan ke dalam tiga
tingkatan, Pertama, ilmu akal ('ilm
al-'aql/the science of reason),
yakni setiap ilmu yang diperoleh
melalui hasil percobaan akal dan
kebenarannya melalui pembuktian
secara empiris. Ilmu ini siapa saja
dapat memilikinya, tergantung
intensitas pencarinya.
Kedua, 'ilm al-ahwal (the science
of states), yakni ilmu yang tidak
dapat diperoleh kecuali melalui
dzauq (direct tasting), seperti ilmu
tentang manisnya gula atau madu,
pahitnya jamu, nikmatnya
orgasme, dalamnya kerinduan.
Ilmu ini menuntut persyaratan
khusus karena diperlukan
ketekunan dan kesucian batin.
Ketiga, ilmu-ilmu rahasia ('ulum
al-asrar/the science of misteries),
yaitu ilmu-ilmu yang berada di
atas jangkauan akal (fauqa thaur
'aqli/beyond the stage of rason),
yaitu ilmu yang sering diistilahkan
Ibn 'Arabi dengan 'ilmu
dihembuskan oleh roh kudus' ('ilm
nafatsa ruh al-quds/blowing of the
Holy Spirit) langsung ke dalam
hati (al-ru'/heart). Ilmu yang
terakhir ini hanya diperuntukkan
kepada para Nabi dan para wali.
(Futuhat al-Makkiyyah, Juz 1 hal.
31).
Banyak definisi Ilmu Ladunni telah
diberikan oleh para ulama,
khususnya ulama tasawuf, namun
secara umum kriteria Ilmu Ladunni
memiliki kriteria yang sama.
Secara ontologis ia masuk
kategori pengetahuan keilahian
(divine knowledge), bukan human
knowledge yang dapat diakses
semua orang.
Secara epistimologis hanya bisa
diakses dan dijelaskan melalui
metodologi 'llmu Hudhuri
(knowledge by present), tidak bisa
diakses dan dijelaskan melalui
'Ilmu Hushuli (knowledge by
correspondent). Secara aksiologi
sudah pasti dan memang
dimaksudkan untuk mencerahkan
umat dan dunia kemanusiaan. Ilmu
Ladunni mensyaratkan sesuatu
yang amat spesifik yang tidak bisa
diperoleh di dalam dunia keilmuan
lain, yaitu kesucian batin,
kedekatan dengan Sang Pemilik
ilmu pengetahuan, dan yang lebih
penting mendapatkan restu dari
Allah SWT.
Sayang sekali keberadaan Ilmu
Ladunni tidak mendapatkan tempat
terhormat atau paling tidak belum
diakui sebagai bagian dari
aktivitas akademik (academic
actfity) dalam dunia keilmuan
modern. Hal ini disebabkan Ilmu
Ladunni belum bisa tunduk dari
kriteria keilmuan yang sudah
pakem atau international academic
standard.
Padahal sekitar tiga puluhan
ilmuan di antara abad ketujuh
sampai abad ketiga belas yang
amat tersohor hingga saat ini
umumnya menggunakan perinsip-
perinsip Ilmu Hudhuri (knowledge
by present). Kini sudah saatnya
dunia Islam menghidupkan dan
menggairahkan kembali semangat
pencarian Ilmu Ladunni bagi para
peserta didik. Bagaimana
mengakses Ilmu Ladunni, akan
dibahas di dalam artikel
mendatang. (Bersambung).
0 Response to "Mengenal Ilmu Ladunni"
Posting Komentar