Dalam agama Islam, Asmaa'ul
husna (bahasa Arab: ﺃﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺤﺴﻨﻰ ,
asmāʾ allāh al-ḥusnā) adalah
nama-nama Allah yang indah dan
baik. Asma berarti nama dan
husna berarti yang baik atau yang
indah, jadi asma'ul husna adalah
nama nama milik Allah yang baik
lagi indah.
Sejak dulu para ulama telah
banyak membahas dan
menafsirkan nama-nama ini,
karena nama-nama Allah adalah
alamat kepada Dzat yang mesti
kita ibadahi dengan sebenarnya.
Asma'ul husna secara harfiah
adalah nama-nama, sebutan, gelar
Allah yang baik dan agung sesuai
dengan sifat-sifat-Nya. Nama-
nama Allah yang agung dan mulia
itu merupakan suatu kesatuan
yang menyatu dalam kebesaran
dan kehebatan milik Allah.
Adalah Ustaz Jumharuddin yang
membahas tentang Asmaul
Husnah, yaitu nama Allah yang Ar-
Razak, Allah Maha Pemberi Rizki
dalam kuliah Subuh di Masjid Al-
Hakim, BSD City, Tangerang.
Selain berbicara tentang Ar-Razak
melalui ayat-ayat Alquran, ia juga
menyinggung hubungan nama lain
Allah tersebut dengan alam
semesta.
Ustaz Jumharuddin membahas
surat Az-Zariyat ayat 22: “Dan di
langit terdapat (sebab-sebab)
rezekimu dan terdapat (pula) apa
yang dijanjikan kepadamu”. Ketika
ayat tersebut turun, masyarakat
Arab Badui langsung berkomentar
bahwa mereka yakin dengan hal
itu, lalu berkata “shadaqallahul
adzim, Maha Benar Allah.”
Kemudian, kata Ustaz
Jumharuddin, masyarakat Arab
Badui itu kembali ke daerahnya,
dan setelah beberapa bulan
mereka kembali lagi ke Makkah.
Pada saat kembali ke Makkah lah,
turun bagian yang kedua yaitu ayat
ke-23. Surat Az-Zariyat ayat 23:
“Maka demi Tuhan langit dan
bumi, sesungguhnya yang
dijanjikan itu adalah benar-benar
(akan terjadi) seperti perkataan
yang kamu ucapkan”. Surat Az-
Zariyat turun dalam dua tahapan
yaitu ayat 22 lebih dahulu, lalu
ayat 23, tidak turun sekaligus.
Lalu, ketika mendengarkan bagian
kedua dari surat tersebut,
masyarakat Arab Badui menangis
lalu berkata: “Apa yang telah
kalian lakukan sampai Allah perlu
bersumpah bahwa rezeki itu
benar-benar sudah Ia tetapkan di
langit?”
Ustaz Jumharuddin megatakan,
bahwa Allah SWT sering kali
bersumpah, termasuk di dalam
surat Al-Ashr. Dalam surat
tersebut Allah SWT bersumpah
dengan waktu. Ini karena, banyak
manusia yang sering lalai akan hal
itu. “Dan sekarang Allah
bersumpah tentang rezeki, itu
karena manusia banyak yang
khawatir kekurangan rezeki,”
tambahnya.
Selanjutnya, ayat yang
menyebutkan bahwa Allah SWT itu
Ar-Razak yaitu surat Al-Mulk ayat
21: “Atau siapakah dia yang
memberi kamu rezeki jika Allah
menahan rezeki-Nya? Sebenarnya
mereka terus menerus dalam
kesombongan dan menjauhkan
diri?”. Oleh karena itu, Ustaz
Jumharuddin mengatakan, bahwa
di dalam Islam manusia dilarang
untuk merendahkan dirinya karena
membutuhkan sesuatu kepada
orang.
Sebuah hadis meriwayatkan, Nabi
pernah memberikan petunjuk
kepada seseorang yang
membutuhkan uang hingga
berutang, “Mintalah sesuatu
dengan menjaga harga diri”.
Bahkan dalam hadits lainnya
menyebutkan bahwa manusia
berlindung dari utang-piutang.
Dengan begitu berutang merupakan
hal yang buruk.
“Nabi berlindung kepada utang,
kenapa? Karena sebenarnya, kata
para ulama, utag itu membuat pipi
yang berutang menjadi hitam,” kata
Ustaz Jumharuddin.
Orang yang beriman, kata Ustaz
Jumharuddin, tidak mungkin
menjual harga dirinya karena Nabi
bersabda: “Segala urusan itu tidak
akan pernah lepas dari takdir”.
Lalu ia mengisahkan tentang surat
yang berbunyi “Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup dan siapakah
yang mengatur segala urusan?"
Maka mereka akan menjawab:
"Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?".
Para ulama mengatakan, bahwa
ayat ini ingin menyampaikan, jika
tidak ada sekutu bagi Allah dalam
penciptaan-Nya. Hal itu tertulis
dalam surat Al-Ikhlas yang
menyatakan bahwa Allah Maha
Esa. “Maka semua ciptaan Allah
berkata, ‘laillaha ilallah’,” kata
Ustaz Jumharuddin.
Ustaz Jumharuddin juga
membahas tentang sebab Ar-
Razak sering digabungkan dengan
Al-Khaliq yang berarti bahwa Allah
Maha Pencipta Makhluk dan
Segala Sesuatu. Ia mencontohkan,
surat Ar-Rum ayat 40: “Allah-lah
yang menciptakan kamu, kemudian
memberimu rezeki, kemudian
mematikanmu, kemudian
menghidupkanmu (kembali).
Adakah di antara yang kamu
sekutukan dengan Allah itu yang
dapat berbuat sesuatu dari yang
demikian itu? Maha Sucilah Dia
dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan”.
“Jadi, tidak ada keraguan tentang
penciptaan Allah karena tidak ada
satupun manusia yang bisa
menirunya,” ujarnya.
Selain itu, dalam surat Fatir: “Hai
manusia, ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu. Adakah pencipta
selain Allah yang dapat
memberikan rezeki kepada kamu
dari langit dan bumi? Tidak ada
Tuhan selain Dia; maka
mengapakah kamu berpaling (dari
ketauhidan)?”.
Hal itu lah yang menyebabkan
banyak surat yang mengaitkan
tentang Allah sebagai Sang
Pencipta dan sebagai Pemberi
Rezeki. “Allah pemiliki kita, Ia
yang menciptakan kita, maka
mustahil jika Ia sia-siakan kita,”
tambahnya.
Ustaz Jumharuddin mengajak
jamaah untuk melihat nama Allah
Ar-Razak di alam semesta.
Misalnya, pada fenomena turunnya
air hujan. Allah SWT berfirman
dalam surat Al-Anbiya: “Dan
apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?”.
Ustaz Jumharuddin menyatakan,
bahwa Allah SWT senantiasa
menjaga keeksistensian adanya
air. Pertama, menurutnya, ketika
Allah SWT menciptakan lautan
lebih luas daripada daratan. Kedua,
pada saat Allah SWT
memerintahkan matahari untuk
menguapkan air sehingga terjadi
sirkulasi. “Jika di suatu tempat
tidak terdapat tanda-tanda adanya
air, maka di sana tidak akan ada
kehidupan,” tambahnya.
Kemudian, dalam surat Ar-Rum
ayat 48: “Allah, Dialah yang
mengirim angin, lalu angin itu
menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit
menurut yang dikehendaki-Nya,
dan menjadikannya bergumpal-
gumpal; lalu kamu lihat hujan
keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka
menjadi gembira”.
Allah SWT juga berfirman tentang
hujan dalam surat An-Nur ayat 43:
“Tidaklah kamu melihat bahwa
Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-
bagian)-nya, kemudian
menjadikannya bertindih-tindih,
maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya dan
Allah (juga) menurunkan (butiran-
butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan
seperti) gunung-gunung, maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran)
es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-
Nya dari siapa yang dikehendaki-
Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan
penglihatan.”
Dengan begitu, Ustaz Jumharuddin
sangat mengagumi keberadaan
Alquran yang berisi semua ilmu
yang ada di dunia. “Kitab kita itu
keren. Semua ada, tentang
mekanisme hujan ada. Jadi,
jangan kita selalu membahas
seuatu yang tidak perlu bukti.
Ayat-ayat yang berbicara ilmu
pengetahuan, disampaikan di dalan
Alquran,” ujarnya.
0 Response to "Allah SWT Telah Memberi Ilmu Pengetahuan dalam Alquran"
Posting Komentar