RIWAYAT dari Hudzaifah ra, berkata,
Rasulullah saw, bersabda, Ikutilah
jejak orang-orang setelahku dari
para sahabatku: Abu Bakr dan Umar
dan mintalah petunjuk pada Ammar,
dan berpegang teguhlah pada janji
Ibnu Mas'ud. (Hr. Tirmidzi dan al-
Hakim.)
Rasulullah saw, telah
memerintahkan agar mengikuti jejak
dua tokoh besar, Sayyidina Abu Bakr
as-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin
Khothob ra, serta mencari kebenaran
dan petunjuk dari Ammar ra, karena
ia meninggal dengan cintanya yang
agung pada kerabatnya, Sayyidina
Ali KW.
Rasul saw, juga menegaskan agar
tetap kokoh dengan janji,
sebagaimana Ibnu Ummi Abd ra,
memegangnya. Dalam hal inilah
tumbuh hikmah terpadu antara cinta
sahabat dan keluarga Nabi. Rahasia
yang dijumpai dalam diri para arifun
yang berselaras. Dan Nabi saw,
menjadikan kebenaran mengikuti
jejaknya dengan cara mengikuti
jejak dua tokoh besar semoga Allah
meridhoi keduanya, dan
mengintegrasikan dua kekuatan
dengan memegang teguh janji.
Apabila seorang hamba mengikuti
jejaknya maka ia akan dapat
petunjuk. Dan siapa yang
mendapatkan petunjuk berarti telah
memegang teguh janjinya Allah swt.
Disinilah dimengerti bahwa
kemarifatan itu tidak lain adalah
dengan cara demikian? Siapa yang
meraih petunjuk melalui petunjuk
Nabi Muhammad saw, dan mengikuti
jejaknya, berpegang teguh dengan
janjinya, maka ia telah menghadap
Allah Taala dan mengesampingkan
yang lainnya.
Dalam hadits disebutkan, bahwa
Allah swt berfirman: Wahai dunia!
Apakah seseorang yang berbakti
kepadaku itu pembantuKu, dan
apakah orang yang berbakti
kepadamu itu telah berbakti
kepadaKu?
Maka, bukan disebut orang yang
bercita luhur, adalah orang yang
sibuk dengan sesuatu yang
didalamnya ada pengaruh hawa
nafsu.
Dalam karakteristik Nabi saw. Yang
luhur dan mulia, Allah swt
berfirman: Mata hati tak pernah
menyimpang dan tak pernah khianat.
Seorang hamba tak pernah sampai
kepada Allah swt, sampai dirinya
putus dari hasrat-hasrat duniawi dan
apa yang ada di dalamnya, berupa
kemewahan dan kenikmatannya,
santai dan kesenangannya, bahkan
sampai ia harus melampaui
kesenangan interaktif kemakhlukan
berupa indahnya pergaulan dan
pujian dari mereka.
Allah swt menciptakan semua itu
sebagai ujian bagi orang yang ingin
menyendiri (dari segala hal selain
Allah swt.), hingga ketika ia
berpaling pada selain Allah, akan
tercela dalam pengakuannya, lalu ia
terlempar dalam wadah kerugian
besar. Maka, betapa banyak mereka
yang ter-Istiqdroj karena nikmat,
terhijab dari Sang Khaliq, alpa dari
kebenaran, bodoh terhadap
pengetahuan jiwa, pagi hingga sore
dalam kerugian demi kerugian dan
siksaan. Tampaklah pada dirinya
dari sisi Arasy, sesuatu yang
menyiksa padanya yang belum
pernah mereka duga.
Dan jelaslah bagi mereka adzab dari
Allah yang belum pernah mereka
perkirakan. (Az-Zumar: 47)
Di antara cita yang luhur antara lain
apa yang dikatakan kepada abu
Abdullah: Jika Allah memberikan
kepadamu dunia seisinya, apa yang
anda lakukan?
Kalau bisa, akan aku jadikan satu
suapan, kemudian aku timpakan
pada mulut si kafir, pasti akan aku
lakukan! jawabnya.
Kenapa?
Karena Allah swt marah pada orang
kafir dan pada dunia secara
bersamaan. Lalu aku pun bebuat
demikian, agar menimpa pada
masing-masing yang terkena
amarah.
Lalu beliau mengisahkan kisah yang
bernar, bahwa seorang raja Hirah
(nama sebuah kota) mengutus untuk
mengirimkan tujuh kantong berat
berisi gandum. Ketika itu Syeikh
sedang berada di Hirah dengan para
muridnya, lantas makanan disajikan
oleh para pembantunya.
Syeikh Abu Abdullah berkata
padanya, Kasihkan semuanya yang
ada (tersisa) kepada seluruh orang
miskin. Tidak mungkin, semua pintu
tertutup, kata sang pembantu.
Kalau begitu bawa saja ke orang-
orang Majusi yang jadi tetangga kita
kata Syeikh.
Saya takut ancaman siksa Allah
Taala karena meninggalkan
perintahNya..
Toh kami akhirnya memberikan juga
kepada kaum Majusi. Tiba-tiba dini
hari mereka datang dan bertanya,
Apa hikmah pemberian anda pada
kami, padahal kami berbeda dan
kontra dengan anda?
Dunia itu musuh Allah. Dan orang
kafir juga musuh Allah. Seorang
pecinta tak akan mendekat pada
kekasihnya, hingga kekasihnya
menjauhi musuhnya. Akhirnya
mereka itu masuk Islam semuanya
di hadapan Syeikh.
Suatu hari sebagian para penempuh
Jalan Sufi sedang berjalan di
pelosok, tiba-tiba dirinya berbicara
untuk suatu hajat, ternyata ia sudah
ditepi sumur. Lalu ia lembarkan
bejana air ke dalamnya untuk
kepentingan minum. Namun ketika
bejana keluar, sudah dipenuhi
dengan emas. Bejana itu pun ia
lempar ke dalam sumur sembari
berkata, Oh Tuhan Yang Maha Agung,
aku tidak ingin selain diriMu
Ammar al-Qurasy ra mengatakan,
Suatu hari aku di pesolok desa, aku
ingin memanggil karena suatu
kebutuhan mendesak. Kuambil sapu
tangan dari guruku, lalu kusobek dua
belah. Aku pakai separo, dan aku
basahi satu lagi. Yang terjadi malah
muncul konflik dalam diriku soal
kebutuhanku. Tiba-tiba seluruh desa
itu menjadi perak semua. Aku pun
berlalu sembari munajat, Ilahi, aku
mohon perlindungan darimu atas
kehendak selain padaMu
Nabi Isa as, berkata: Betapa eloknya
bagi seseorang yang mengingat
Allah, dan tidak ingat selain Allah
swt. Betapa bagusnya seseorang
yang takut kepada Allah dan tidak
takut selain Allah. Baguslah
seseorang yang memohon pada
Allah dan tidak meminta kecuali
kepada Allah swt.
Imam Zainul Abidin Ali bin al-Hasan
ra, mengatakan, Ketika aku berada di
tempat Abu Abdullah al-Husain as,
kubaca sebagian kitab. Di tangannya
ada sebilah belati. Kulihat ada hurup
yang salah, lalu kukatakan, Coba
pisaumu, akan kugunakan
membenarkan huruf ini.
Aku dapatkan pisau itu, dan ketika
sudah selsai tugasku, kukembalikan.
Wahai Ali, jangan ulangi lagi seperti
ini, anda akan terjatuh pada hinanya
permintaan dan rendahnya cita-cita.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw,
bersabda kepada Tsauban ra, Wahai
Tsauban jangan minta tolong kepada
orang. Maka Tsauban, jika
cambuknya jatuh dari tangannya, ia
tak pernah meminta tolong pada
seseorang, dengan mengatakan
Ambilkan cambuk itu hingga ia
sendiri turun dan mengambilnya.
Suatu hari seseorang sedang
meminta mata uang Kisrah pada
Sufyan ra, lalu orang itu diberi Dinar.
Ia pun menanyakan kenapa diberi
Dinar? Sufyan menjawab, Jika dia
tidak mengenal kadar dirinya, maka
aku tidak meminta kehormatan
diriku. Namun jika ini semua
meninggalkan cita yang luhur, maka
aku tidak meminta kemurahan.
Cita-cita kaum Arifin
Cita-cita kaum arifin bersambung
dengan cintanya kepada Ar-Rahman,
sedangkan hatinya memandang pada
tempat-tempat kemuliaan dari Sang
Maha Mulia. Tak ada istirahatnya di
dunia, tanpa keluar dari dunia.
Hubaib al-Ajamy ra banyak muncul
terlihat pada hari Tarwiyah di
Bashrah, sedngkan di hari Arafah ia
berada di Arafah. Lantas ditanyakan
padanya, Itu hanya sedikit sekali
dari terbangnya Ahli Cita Luhur Ilahi
jawabnya.
Ali Karromallahu Wajhah masuk
masjid Rasulullah saw. Lalu melihat
orang pelosok di masjid sedang
bermunajat, Ilahi, aku hanya ingin
sedikit saja kesenangan dariMu.
Beliau juga melihat Abu Bakr ash-
Shiddiq ra, sedang bermunajat, Ilahi,
aku hanya ingin padaMu
Maka jauhlah berbedaan cita-cita
jiwa mereka. Masing-masing
membubung dengan citarasanya.
Jika telah sampai pembubungan cita
itu sampai pangkalnya, ia berhenti
dan tidak lagi terbang melewati.
Allah swt berfirman: Katakan,
masing-masing beramal menurut
format kemampuannya (Maksudnya
menurut niat dan cita luhurnya.)
Abu Yazid al-Bisthamy ditanya, Aku
dengar anda berjalan di atas air dan
terbang di atas udara.
Orang beriman lebih memuliakan
Allah Azza wa-Jalla ketimbang
langit sap tujuh. Apa yang perlu
dikagumi dari sekadar berjalan di air
dan terbang di udara, seperti posisi
burung dan ikan hiu?
Suatu ayat, Mereka itulah yang
bergegas dalam kebaikan.
Dibacakan di hadapan Ibnul
Mubarok, lantas beliau berkata,
Bukan dimaksudkan adalah
bergegasnya fisik, atau bergegas
meraih amal. Tetapi dimaksud
adalah cita-cita yang mendahului
cita-cita dalam segala kebajikan dan
kehendak.
Sebagian arifin mengatakan, Kasihan
sekali mereka yang beralparia.
Mereka sibuk dengan
memperbanyak amal, mereka
memperbesar dan berbangga dengan
amal. Bagi orang arifin, melakukan
amaliyah sebanyak amal seluruh
penghuni langit dan bumi dari zaman
Azali sampai kekal abadi nanti,
maka amaliyah itu masih terasa
kecil dan lebih rendah di mata
mereka disbanding kecilnya atom di
langit dan di bumi.
Nabi saw, bersabda: Janganlah
kalian merasa banyak taat, dan
janganlah kalian merasa sedikit
dosamu.
Suatu saat Nabi Musa as melewati
pantai sepanjang laut. Lalu ia
bermunajat, Tuhanku, lelah sekali
kedua dengkulku, dan berat sekali
punggungku. Oh Kekasihku, apa
yang hendak kau berlakukan padaku
ini?
Allah pun mengutus binatang
Trenggiling untuk
menjawabnya.Wahai anak Imran,
apakah kau berharap pada Tuhanmu,
dengan ibadahmu padanya?
Bukankah Allah telah memilihmu dan
berbicara padamu, dan membuatmu
dekat dan bermunajat padaNya?
Demi Yang menciptakanku dan
Melihatku, sesungguhnya aku berada
di padang sahara ini sejak 360
tahun, selama itu aku bertasbih
siang malam, sedikit pun aku tidak
berpaling dariNya. Dan sejak tiga
hari lalu aku tidak makan. Bahkan
setiap saat gemeterlah tulang-
tulangku karena Maha BesarNya.
Abu Said Abul Khair ra menegaskan,
Suatu hari aku menuju pelosok desa,
rasa lapar benar-benar mencekam.
Nafsuku meronta agar memohon
kepada Allah Taala, lalu kukatakan,
Itu bukan perilaku orang yang
tawakkal. Lalu nafsuku menuntutku
agar bersabar. Namun ketika aku
berhasrat untuk kedua kalinya, ada
bisikan lembut:
Adakah ia bodoh bahwa Kami lebih
dekat?
Kami tak pernah menelantarkan
siapa yang datang kepada Kami
Abu Said ingin memohon sabar
Seakan Kami tak melihatnya dan
tidak tahu.
0 Response to "Mengikuti Jejak Rasulullah Lewat Abu Bakr dan Umar"
Posting Komentar