Beranjak ke masa perkembangan
Islam, jenis-jenis orasi tersebut
menyertakan ajakan pada risalah
kenabian. Dari segi akademis,
Khalid Alhelwah dalam
disertasinya untuk Ohio State
University berjudul The Emergence
and Development of Arabic
Rhetorical Theory 500 CE-1400 CE
(1998)melanjutkan uraiannya, seni
retorika Arab mulai menjadi kajian
para cendekiawan pada era
keemasan Islam.
Mengutip studi yang dilakukan
Grunebaum, para filologis
merupakan yang terawal
melakukan klasifikasi atas
khazanah kesusastraan Arab,
termasuk seni retorika. Ini
dilakukan dengan mengumpulkan
teks-teks puisi, terutama dari
sastra lisan, yang merentang dari
zaman pra-Islam.
Upaya ini berlanjut dengan kajian
serius atas gaya bahasa Alquran.
Kitab suci umat Islam ini dinilai
sebagai standar baku ketinggian
bahasa Arab, baik dari aspek lisan
maupun tulisan.
Praktik-praktik retorika Arab
secara khusus dibahas melalui
ilmu balaghah. Lantaran ciri khas
bangsa Arabterutama pada era
pra-Islamialah mengutamakan
sastra lisan, maka gaya bahasa
yang dikaji ilmu balaghah tidak
cukup terdokumentasikan dalam
tulisan.
Hal ini kemudian bergeser dengan
hadirnya risalah Nabi Muhammad
SAW (sekitar 620 Masehi). Sosok
Rasulullah SAW lantas menjadi
figur penting di dunia seni retorika
Arab.
Berbeda dengan para orator, beliau
SAW mementingkan kebenaran
sebagai unsur penting dari sebuah
orasi atau ceramah. Namun, Nabi
Muhammad SAW juga
memperhatikan unsur nonliteral,
misalnya, gesture ketika berkata-
kata. Para sahabat kerap
mengenang momentum bersama
Nabi SAW karena kata-kata beliau
SAW terucap secara seimbang
tidak terlalu lamban, pun tidak
terlalu cepat sehingga mudah
dihafal.
Tujuan retorika dalam Islam
adalah membujuk orang agar
berbuat kebaikan dan mengenali
kebenaran. Semua itu dilakukan
dengan menyertakan unsur
keindahan sehingga memikat
massa. Alquran sendiri secara
gaya bahasa begitu indah bagi
kaum Arab.
Alhelwah mengutip kesaksian
Umar bin Khattab yang berkata,
Yang membuatku masuk Islam
adalah keindahan bahasa Alquran.
Karena aspek estetika bahasa ini,
Nabi Muhammad SAW dalam
menjalankan tugasnya berdakwah
kerap bersinggungan dengan
kalangan penyair.
Bahkan, Nabi SAW difitnah sebagai
penyair yang mengarang-ngarang
teks Alquran atau penyihir yang
menyebar jampi-jampi.
Baca:Inilah Seni Retorika Sebelum Islam)
0 Response to "Rasulullah, Figur Penting Seni Retorika Islam"
Posting Komentar