Senin, 02 Januari 2017
info islam
Abu Nawas: Aku tak Pantas Menghuni Surga
ABU Nawas sebenarnya adalah
seorang sufi yang cerdas. Tak
mengherankan jika Abu Nawas
mempunyai murid yang tidak
sedikit.
Suatu ketika ada tiga orang tamu
bertanya kepada Abu Nawas dengan
pertanyaan yang sama. Orang
pertama mulai bertanya, Manakah
yang lebih utama, orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar atau
orang yang mengerjakan dosa-dosa
kecil?
Orang yang mengerjakan dosa-dosa
kecil, jawab Abu Nawas.
Mengapa? kata orang pertama.
Sebab lebih mudah diampuni oleh
Tuhan, kata Abu Nawas.
Orang pertama puas karena ia
memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan
pertanyaan yang sama. Manakah
yang lebih utama, orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar atau
orang yang mengerjakan dosa-dosa
kecil?
Orang yang tidak mengerjakan
keduanya. jawab Abu Nawas.
Mengapa? kata orang kedua.
Dengan tidak mengerjakan
keduanya, tentu tidak memerlukan
pengampunan dari Tuhan, kata Abu
Nawas. Orang kedua langsung bisa
mencerna jawaban Abu Nawas.
Orang ketiga juga bertanya dengan
pertanyaan yang sama. Manakah
yang lebih utama, orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar atau
orang yang mengerjakan dosa-dosa
kecil?
Orang yang mengerjakan dosa-dosa
besar, jawab Abu Nawas.
Mengapa? kata orang ketiga.
Sebab pengampunan Allah kepada
hambaNya sebanding dengan
besarnya dosa hamba itu, jawab Abu
Nawas.
Orang ketiga menerima alasan Abu
Nawas.
Singkatnya, ketiga orang itu pulang
dengan perasaan puas.
Karena belum mengerti seorang
murid Abu Nawas bertanya.
Mengapa dengan pertanyaan yang
sama bisa menghasilkan jawaban
yang berbeda?
Manusia dibagi tiga tingkatan.
Tingkatan mata, tingkatan otak dan
tingkatan hati.
Apakah tingkatan mata itu? tanya
murid Abu Nawas.
Anak kecil yang melihat bintang di
langit. la mengatakan bintang itu
kecil karena ia hanya menggunakan
mata, jawab Abu Nawas
mengandaikan.
Apakah tingkatan otak itu? tanya
murid Abu Nawas.
"Orang pandai yang melihat bintang
di langit. la mengatakan bintang itu
besar karena ia berpengetahuan,
jawab Abu Nawas.
Lalu apakah tingkatan hati itu? tanya
murid Abu Nawas.
Orang pandai dan mengerti yang
melihat bintang di langit. la tetap
mengatakan bintang itu kecil
walaupun ia tahu bintang itu besar.
Karena bagi orang yang mengerti
tidak ada sesuatu apapun yang besar
jika dibandingkan dengan KeMaha-
Besaran Allah.
Kini murid Abu Nawas mulai
mengerti mengapa pertanyaan yang
sama bisa menghasilkan jawaban
yang berbeda. la bertanya lagi.
Wahai guru, mungkinkah manusia
bisa membujuk Tuhan?
Mungkin.
Bagaimana caranya? tanya murid
Abu Nawas ingin tahu.
Dengan merayuNya melalui pujian
dan doa.
Ajarkanlah doa itu padaku, wahai
Guru, pinta murid Abu Nawas.
Doa itu adalah : Illahi lastu lil
firdausi ahla, wala aqwaalan naril
jahimi, fahabli taubatan waghfir
dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil
adhimi. Wahai Tuhanku, aku ini tidak
pantas menjadi penghuni surga,
tetapi aku tidak akan kuat terhadap
panasnya api neraka. Oleh sebab itu
terimalah tobatku serta ampunilah
dosa-dosaku. Karena sesungguhnya
Engkaulah Zat yang mengampuni
dosa-dosa besar."
0 Response to "Abu Nawas: Aku tak Pantas Menghuni Surga"
Posting Komentar